Cinta itu bukan di saat jantung berdebar kencang saat berada
di dekatnya. Atau di saat mata ingin
selalu menatap ke arah mana ia melangkah dan melihat. Atau di saat mulut ingin
mengungkapkan kepada dunia tentang segala yang kau rasa padanya. Atau di saat
diri ingin selalu berada di dekatnya walau tak sewajarnya. Atau ketika kau ingin
selalu mengetahui apa kabarnya dan sedang apa dirinya. Bukan dengan berbagai
alasan kau hubungi dia, termasuk yang kau pikir syar’i sekadar menghubunginya
untuk mengingatkan ibadah.
Cinta sejati itu ketika kau merasa tenang dan sebatas senang
saja saat ia di dekatmu, namun kau tak berupaya untuk mendekatinya lebih. Cinta
sejati itu saat kau berusaha keras menunduk ketika mata tak mampu lagi menahan
keinginan untuk mengetahui bagaimana gerak-geriknya saat ini. Cinta sejati itu
di saat ada kesempatan berkhalwat kau berusaha keluar dari ruangan itu dan
biarkan dulu ia sendiri. Cinta sejati di saat kau memiliki alasan kuat untuk
memintanya mengantarmu ke suatu tempat dengan kendaraan yang dikendarainya,
namun alasan syar’imu untuk memendamnya lebih kuat dari alasanmu meminta
pertolongan darinya. Cinta sejati itu ketika kau mengingatkannya di saat lalai
sebagai saudara muslimmu, di hadapan banyak orang, atau benar-benar di saat ia
terlihat khilaf, bukan dengan menghubunginya secara pribadi, bahkan ketika ia
sebenarnya tidak lalai.
Ketika cinta menghampiri sebelum atau masih jauh dari
masanya, wajar jika cemburu, namun ketahuilah bahwa Allah lebih cemburu saat
kau lebih ingin tahu tentangnya daripada tentang-Nya. Saat kau melihatnya dekat
dengan wanita lain, ingatlah, dia bukan milikmu. Jika ia memang baik, ia tak
akan berani mendekati wanita manapun dengan nafsunya. Jika ia memang baik, ia
akan jaga hatinya demi cintanya padamu. Ia akan jaga hatimu dari rasa sakit dan
cemburu. Ketika kau mengetahui cintanya, diamlah di hadapannya, jangan diungkit,
bersikaplah biasa. Ketika ia mengetahui cintamu, semoga bukan mulutmu sendiri
yang menyampaikannya padanya, bersikiaplah biasa, dan kendalikan hatimu. Berdoalah,
wahai jiwa yang merindu! “Ya Allah, sebagaimana hati ini berharap ia menjadi
yang terakhir untukku, sebagaimana hati ini berharap ialah kekasih dan jodohku
yang Kau tetapkan untukku di dunia dan akhirat, jika ia baik untukku dan
agamaku,jika pertemuan dan cinta kami adalah bagian dari caramu mempersatukan
rusuk dan pemiliknya, maka kumohon izinkanlah itu terjadi. Segeralah ikat cinta
kami dengan tali pernikahan yang suci untuk mendapat keridhoan-Mu dan mengukir
titipan-Mu sebagai buah cinta kami kelak dengan kebaikan dan akhlak islami.
Mudahkanlah, ya Allah, dan jangan dipersulit. Segerakanlah, ya Allah, dan
jangan ditangguhkan, serta tetapkan cinta tertinggi kami pada-Mu, dan hadiahilah
hati-hati kami dengan ketenangan dalam penantian ini. Namun jika apa yang ada
di hati kami adalah hal yang sia-sia, jika cinta yang singgah adalah tanpa
makna, hamba mohon tunjukkan hikmah yang lain dari cinta yang telah engkau
singgahkan di hatiku dan dia. Anugerahkan diri ini ketenangan dengan
menghilangkannya dari hati ini, tanpa rasa sakit, dan tanpa jejak. Gantikan ia
dengan seseorang yang jauh lebih baik, segera datang dengan berani meminangku
tanpa menangguhkannya. Aamiin”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar