Jumat, 14 September 2012

Bukan Sembarang Akhwat


Akhwat. Identik dengan wanita-wanita Muslim berjilbab dalam, bahkan dua lapis, berkaos kaki, berbaju longgar, memakai rok, dan memakai baju dalaman ataupun penutup lengan dan pergelangan tangan.

Kata akhwat yang dalam ejaan Arab sebenarnya adalah akhowat mempunyai akar kata ukhtun yang artinya saudara perempuan. Akan tetapi kita tidak akan pernah menemukan kata akhwat dalam turunan kata ukhtun. Kata yang akan kita temukan hanyalah akhowat.

Di kampus saya, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim, pemandangan akhwat adalah pemandangan lumrah. Setiap saat banyak dijumpai akhwat dengan berbagai gaya dan model. Tapi tetap dengan ciri khas akhwat. Itulah yang membedakan universitas Islam dengan universitas-universitas umum.

Jika di universitas umum, pemandangan seorang akhwat mungkin pemandangan yang asing. Apalagi jika akhwatnya bercadar seperti yang banyak di kampus saya ini. Malah teman saya yang berkuliah di Universitas Riau, ketika mengunjungi saya di UIN Suska, ia merasa agak kaget dan takut melihat wanita-wanita bercadar yang banyak berkeliaran di kampus ini. Ia tidak menyangka bisa menemukan perempuan-perempuan bercadar semudah itu di sini.

Baiklah, sebenarnya inti tulisan kali ini bukan membandingkan seberapa banyak akhwat-akhwat yang ada di universitas umum dengan yang berada di universitas Islam. Saya hanya ingin menjelaskan tentang bagaimana kriteria akhwat yang sebenarnya, bukan hanya kriteria luar dan lahiriyah, tapi juga batiniyahnya.

Memang, kriteria akhwat yang saya sebutkan di awal tadi sudah pas untuk memenuhi kewajiban menutup aurat seorang akhwat. Itulah kriteria Muslimah ideal dari luarnya, sehingga ia terlindung dari fitnah, terjaga kehormatannya, tampaklah bahwa ia seorang Islam.
Namun tentu tak cukup hanya sekadar kriteria penampilan alias fashion. Seorang akhwat atau Muslimah ideal lahir dan batin, haruslah memenuhi kriteria yang lain seperti keimanan dan ketaatan kepada hukum-hukum agama.

Perilakunya haruslah melambangkan seperti pakaiannya. Adabnya, akhlaknya, ibadahnya. Seorang akhwat adalah wanita Muslimah yang melindungi dirinya dari hal-hal yang tidak baik, yang menjaga pandangannya, pikirannya, ucapannya, bahkan pendengarannya.
Akhwat ideal tidak melakukan suatu kesia-siaan dalam menghabiskan waktunya. Ia hanya melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat, tulus dan ikhlas menjalani perintah Allah dan menjauhi larangannya.

Bukan akhwat namanya jika hanya pakaiannya saja yang serba lebar. Memang, dia sudah terhindar dari dosa membuka aurat dan ia telah menjalani kewajibannya sebagai seorang Muslimah dengan menutup aurat secara sempurna. Akan tetapi, haruslah ia menghindari diri dari dosa-dosa lainnya.

Bukan akhwat namanya jika ia masih mempunyai hubungan yang forbidden alias terlarang dengan laki-laki yang bukan mahromnya.
Bukan akhwat namanya jika ia masih suka memperbincangkan cela karib, saudara, dan orang-orang di sekelilingnya, suka mendengar hal-hal yang tidak bermanfaat.

Bukan akhwat namanya jika ia masiuh suka melirik-lirik lawan jenis yang belum halal baginya, apalagi sampai mengkhayalkannya, ckckck…
Apalagi jika ia suka membantah orang tua, ini benar-benar bukan akhwat, hanya wanita Islam yang sudah menutup auratnya sempurna. Tidak lebih.

Akhwat itu selain menjaga dirinya dari hal-hal seperti di atas, dan dosa-dosa besar serta kecil lainnya, ia juga harus banyak mencari tahu tentang agama. Kian hari ia menambah keimanannya, menambah ilmunya. Kian hari ia semakin menjadi manusia yang bermanfaat, kian menjadi manusia yang beruntung. Tidak suka membuang-buang waktu untuk hal-hal yang tidak ada manfaatnya.
Tiap waktunya, tiap aktifitasnya, tiap hembusan napas dan detak jantungnya adalah ibadah. Tiap perkataannya adalah dakwah. Ia ikhlaskan karena Allah. Ia berusaha untuk menghindari dosa-dosa. Itulah akhwat ideal.

Semoga kita termasuk golongan akhwat ideal yang bukan sembarang akhwat. Aamiin yaa robbal ‘aalamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar