Akhwat. Identik dengan wanita-wanita Muslim berjilbab
dalam, bahkan dua lapis, berkaos kaki, berbaju longgar, memakai rok, dan
memakai baju dalaman ataupun penutup lengan dan pergelangan tangan.
Kata akhwat yang dalam ejaan Arab sebenarnya adalah
akhowat mempunyai akar kata ukhtun yang artinya saudara perempuan. Akan tetapi
kita tidak akan pernah menemukan kata akhwat dalam turunan kata ukhtun. Kata yang
akan kita temukan hanyalah akhowat.
Di kampus saya, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif
Kasim, pemandangan akhwat adalah pemandangan lumrah. Setiap saat banyak
dijumpai akhwat dengan berbagai gaya dan model. Tapi tetap dengan ciri khas
akhwat. Itulah yang membedakan universitas Islam dengan universitas-universitas
umum.
Jika di universitas umum, pemandangan seorang akhwat
mungkin pemandangan yang asing. Apalagi jika akhwatnya bercadar seperti yang
banyak di kampus saya ini. Malah teman saya yang berkuliah di Universitas Riau,
ketika mengunjungi saya di UIN Suska, ia merasa agak kaget dan takut melihat
wanita-wanita bercadar yang banyak berkeliaran di kampus ini. Ia tidak
menyangka bisa menemukan perempuan-perempuan bercadar semudah itu di sini.
Baiklah, sebenarnya inti tulisan kali ini bukan membandingkan
seberapa banyak akhwat-akhwat yang ada di universitas umum dengan yang berada
di universitas Islam. Saya hanya ingin menjelaskan tentang bagaimana kriteria
akhwat yang sebenarnya, bukan hanya kriteria luar dan lahiriyah, tapi juga
batiniyahnya.
Memang, kriteria akhwat yang saya sebutkan di awal
tadi sudah pas untuk memenuhi kewajiban menutup aurat seorang akhwat. Itulah kriteria
Muslimah ideal dari luarnya, sehingga ia terlindung dari fitnah, terjaga
kehormatannya, tampaklah bahwa ia seorang Islam.
Namun tentu tak cukup hanya sekadar kriteria
penampilan alias fashion. Seorang akhwat atau Muslimah ideal lahir dan batin, haruslah
memenuhi kriteria yang lain seperti keimanan dan ketaatan kepada hukum-hukum
agama.
Perilakunya haruslah melambangkan seperti pakaiannya.
Adabnya, akhlaknya, ibadahnya. Seorang akhwat adalah wanita Muslimah yang
melindungi dirinya dari hal-hal yang tidak baik, yang menjaga pandangannya,
pikirannya, ucapannya, bahkan pendengarannya.
Akhwat ideal tidak melakukan suatu kesia-siaan dalam
menghabiskan waktunya. Ia hanya melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat,
tulus dan ikhlas menjalani perintah Allah dan menjauhi larangannya.
Bukan akhwat namanya jika hanya pakaiannya saja yang
serba lebar. Memang, dia sudah terhindar dari dosa membuka aurat dan ia telah
menjalani kewajibannya sebagai seorang Muslimah dengan menutup aurat secara
sempurna. Akan tetapi, haruslah ia menghindari diri dari dosa-dosa lainnya.
Bukan akhwat namanya jika ia masih mempunyai hubungan
yang forbidden alias terlarang dengan laki-laki yang bukan mahromnya.
Bukan akhwat namanya jika ia masih suka
memperbincangkan cela karib, saudara, dan orang-orang di sekelilingnya, suka
mendengar hal-hal yang tidak bermanfaat.
Bukan akhwat namanya jika ia masiuh suka melirik-lirik
lawan jenis yang belum halal baginya, apalagi sampai mengkhayalkannya, ckckck…
Apalagi jika ia suka membantah orang tua, ini
benar-benar bukan akhwat, hanya wanita Islam yang sudah menutup auratnya
sempurna. Tidak lebih.
Akhwat itu selain menjaga dirinya dari hal-hal seperti
di atas, dan dosa-dosa besar serta kecil lainnya, ia juga harus banyak mencari
tahu tentang agama. Kian hari ia menambah keimanannya, menambah ilmunya. Kian hari
ia semakin menjadi manusia yang bermanfaat, kian menjadi manusia yang
beruntung. Tidak suka membuang-buang waktu untuk hal-hal yang tidak ada
manfaatnya.
Tiap waktunya, tiap aktifitasnya, tiap hembusan napas
dan detak jantungnya adalah ibadah. Tiap perkataannya adalah dakwah. Ia
ikhlaskan karena Allah. Ia berusaha untuk menghindari dosa-dosa. Itulah akhwat
ideal.
Semoga kita termasuk golongan akhwat ideal yang bukan
sembarang akhwat. Aamiin yaa robbal ‘aalamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar