Senin, 10 September 2012

Susah Senangnya Menyiapkan Perlengkapan Ospek

Mendengar kata ospek dari SMA sebenarnya agak menakutkan bagiku. Ospek, dikerjai oleh senior, dibuat seperti orang gila, bahkan ada yang menggunakan kekerasan membuat aku bertekad sedari SMA bahwa aku tidak akan mengikuti ospek ketika sudah kuliah.
Akan tetapi keinginan dan cita-cita itu tak bisa terwujud disebabkan semua mahasiswa baru universitasku diwajibkan untuk mengikuti ospek yang kami sebut dengan PNDK (Penanaman Nilai-Nilai Dasar Keislaman). Kalau tidak mengikuti kegiatan ini, maka kelak kami tidak diizinkan untuk menyusun skripsi. Wah, benar-benar gawat.
Akhirnya aku ikut ospek, dimulai dari ospek universitas yang ternyata biasa-biasa saja. Kemudian dilanjutkan dengan ospek fakultas yang tidak menakutkan.
Dan sekarang aku sedang bersiap-siap untuk mengikuti ospek jurusanku, Pendidikan Bahasa Inggris.
Kami diminta untuk membuat topi adat melayu Riau dari karton hitam, kemudian ikat pinggang dari tali rafia hijau yang dibuat seperti bawahan orang Papua.
Selanjutnya kalung yang terbuat dari tali yang ditempelkan kepadanya permen minimal berjumlah sepuluh butir permen.
Tapi aku bersyukur, karena ospek-ospekku tidak menuntutku untuk mengeluarkan biaya banyak. Kalau teman-temanku dari universitas lain, mereka mengaku menghabiskan biaya untuk ospek sampai tiga ratus ribu rupiah, ada lagi sehari menghabiskan biaya dua ratus ribu rupiah. Syukurlah universitasku, UIN Sultan Syarif Kasim tidak memberatkan para mahasiswa barunya. Alhamdulillaah. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar