Hm… kapan ya bisa kaya gitu? Saya sering kali mencoba
untuk mengarang berbagai cerita panjang. Tapi kenapa ya kalau mengarang cerita
seperti itu bagiku, kalau dalam bahasa kampung saya (Sumatra Barat), angek-angek ciik ayam. Artinya panas-panas
tahi ayam.
Padahal semula imajinasinya kayaknya udah lumayan. Tapi pastilah setelah cerita yang saya karang itu mencapai kira-kira lima puluh persennya, saya jadi tidak bersemangat lagi. Bosan dengan jalan ceritanya. Akhirnya file itu saya hapus permanen dari netbook karena takut memori penuh.. huft!!
Padahal semula imajinasinya kayaknya udah lumayan. Tapi pastilah setelah cerita yang saya karang itu mencapai kira-kira lima puluh persennya, saya jadi tidak bersemangat lagi. Bosan dengan jalan ceritanya. Akhirnya file itu saya hapus permanen dari netbook karena takut memori penuh.. huft!!
Contohnya aja ini. Dulu saya pernah mencoba mengarang
novel dengan tema Freedom for Palestine. Ceritanya, ada seorang gadis yang
begitu mencintai Islam. Ia sangat khawatir dengan keadaan orang-orang Islam di
Palestina. Akhirnya karena kecintaannya itu, ia memutuskan memasuki sekolah
mujahid yang ada di negaranya. Namun orang tua si gadis tidak mengizinkan. Namun,
karena kerasnya hatinya, sang gadis melarikan diri. Oya, di dunia nyata sekolah
mujahid mungkin memang tidak ada. Tapi dalam cerita saya ini, sekolah mujahid
itu seperti sekolah militer. Siswa laki-lakinya dilatih berperang, sedangkan
siswa perempuannya juga dilatih untuk membela diri, namun lebih difokuskan pada
juru rawat/dapur. Dan semua mujahid di sekolah ini tidak perlu membayar, alias
sekolah cara free. Ya, tentu saja yang mau sekolah di sekolah itu hanya
anak-anak yang sudah benar-benar menyerahkan hati dan hidupnya pada Islam. Tujuan
mereka hanya untuk agama dan kesyahidan.
Nah, akhirnya sang gadis tetap bersekolah di sekolah
mujahid. Di sana ia juga menemukan cinta. Yah, cinta kan fitrahnya manusia,
jadi sekalipun mujahid, tidak ada larangan buat jatuh cinta.
Di lain tempat, ada juga seorang pemuda Nasrani yang
tinggal di kota di mana sekolah mujahid berdiri. Pemuda itu sebenarnya merasa
salut terhadap siswa/i di sana. Akhirnya karena rasa penasarannya, setiap hari
ia selalu memperhatikan apa yang dilakukan para mujahid itu. Sampai pada suatu
hari si pemuda Nasrani berkenalan dan berteman dengan si gadis. Semula si gadis
merasa takut dengannya, dan tidak mau berkomunikasi dengan pemuda itu. Tapi karena
melihat keseriusan sang pemuda, ia pun mengajarkan sedikit demi sedikit Islam
kepadanya. Si gadis juga berharap agara pemuda itu mendapat hidayah Islam.
Well, akhirnya sang pemuda jatuh cinta pada si gadis
dan masuk Islam. Lebih jauh lagi ia juga bersekolah di sekolah mujahid dan
menginginkan kesyahidan. Tapi dari awal si gadis mencintai pemuda lain, dan
ternyata pemuda yang dicintainya itu,sebut saja si Muslim juga mencintainya,
kalau di twitter, kaya di follback gitu J. Namun mereka
tidak berpacaran, walaupun mereka tahu kalau mereka saling mencintai, lagi pula
pacaran itu kan dosa. Nah, pemuda Nasrani yang sudah menjadi Islam tadi, sebut
saja si Muallaf pun tidak mengungkapkan
isi hatinya pada si gadis.
Sampai suatu hari mereka semua siap diberangkatkan
untuk benar-benar berperang di Palestina. Ups… bagaimana dengan orang tua si
gadis tadi? Si gadis sempat kembali ke kota asalnya untuk meminta restu dari
orang tua. Semula orang tuanya tetap tidak mengizinkan, namun mereka sadar akan
kerasnya hati si gadis. Sekeras apapun orang tuanya, si gadis lebih keras. Orang
tuanya sangat menyayanginya. Mereka tahu kelau kemungkinan putri mereka untuk
kembali sangat kecil. Akhirnya mereka merestuinya.
Nah, setibanya di Palestina, para siswa mujahid
melihat keadaan yang menyedihkan. Menguras hati dan air mata. Hidup di
Palestina, tiada hari tanpa air mata demi melihat penderitaan mereka. Si gadis
dan teman-temannya berkenalan dengan seorang anak Palestina bernama Sulaeman.
Sulaeman masih berusia sepuluh tahun namun kedua orang tuanya sudah syahid. Dan
kini ia juga selalu ikut membantu para mujahid yang berperang. Sulaeman kecil
melakukan apa yang bisa dia lakukan. Sehari-harinya ia membantu para wanita di
dapur darurat, dan para juru rawat.
Pada akhirnya sebuah serangan bom bertubi-tubi Israel
menyerang posko mereka secara tiba-tiba. Saat itu si gadis bersama teman-teman
wanita sedang asyik mengobati para mujahid yang terluka. Beberapa orang yang
diobati antara lain si Muallaf dan Muslim. Karena serangannya begitu mendadak, tak
ada yang sempat melarikan diri, walaupun mereka sudah berusaha dan semua yang ada di posko itu syahid.
Memang tidak semua mujahid dari sekolah mujahid
bertugas di posko tersebut. Akhirnya mujahid lain dari sekolah mujahid
tersebut, yang merupakan sahabat si gadis menemukan sisa-sisa pengeboman, di
antaranya sebuah buku yang merupakan catatan pribadi milik si Muallaf. Di sana
dituliskan tentang dirinya yang begitu penasaran terhadap Islam, bertemu dengan
si gadis, dan memeluk Islam, sampai hari terakhir sebelum kesyahidannya. Oleh teman
tadi, catatan Muallaf di salinnya dengan rapi dan ia kirimkan ke perusahaan
penerbitan sebagai sebuah novel nyata. Perusahaan itu menerimanya dan
menerbitkannya. Akhirnya kisah si Muallaf menarik hati pembacanya, dan bukunya
di terjemahkan ke dalam berbagai bahasa di dunia. Sepuluh tahun setelah
kesyahidan mereka, buku itu menjadi benar-benar populer.
Nah begitu lah kisah yang pernah saya buat. Memang sih
rasanya banyak yang kurang. Hm… masih banyak lagi kisah-kisah lain yang
terputus di tengah jalan. Mengenai kisah di atas, waktu itu saya baru
menuliskannya sampai pada bagian para mujahid sudah berada di Palestina dan
menyaksikan banyak keadaan memiriskan. Rencananya waktu itu, kalau ceritanya selesai,
akan begitulah akhirnya.
Sekarang saya sedang berusaha membuat cerita baru. Kali
ini saya berharap tidak angek-angek ciik ayam lagi. Mengenai ringkasan
ceritanya, akan saya coba postingkan besok, lusa, atau… pokoknya dalam minggu
ini, Insya Allah. Tema yang saya angkat kali ini tentang cinta J.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar