Senin, 30 April 2012

Pengen Menjadi Penulis Besar

Pengen deh jadi penulis besar. Penulis yang nanti karya-karyanya dibaca dan dikagumi semua orang, serta mendapat penghasilan. Saya pengen jadi penulis fiksi. Nah, nanti novel yang saya tulis digemari oleh publik, dan akhirnya difilm-kan.
Hm… kapan ya bisa kaya gitu? Saya sering kali mencoba untuk mengarang berbagai cerita panjang. Tapi kenapa ya kalau mengarang cerita seperti itu bagiku, kalau dalam bahasa kampung saya (Sumatra Barat), angek-angek ciik ayam. Artinya panas-panas tahi ayam.
Padahal semula imajinasinya kayaknya udah lumayan. Tapi pastilah setelah cerita yang saya karang itu mencapai kira-kira lima puluh persennya, saya jadi tidak bersemangat lagi. Bosan dengan jalan ceritanya. Akhirnya file itu saya hapus permanen dari netbook karena takut memori penuh.. huft!!
Contohnya aja ini. Dulu saya pernah mencoba mengarang novel dengan tema Freedom for Palestine. Ceritanya, ada seorang gadis yang begitu mencintai Islam. Ia sangat khawatir dengan keadaan orang-orang Islam di Palestina. Akhirnya karena kecintaannya itu, ia memutuskan memasuki sekolah mujahid yang ada di negaranya. Namun orang tua si gadis tidak mengizinkan. Namun, karena kerasnya hatinya, sang gadis melarikan diri. Oya, di dunia nyata sekolah mujahid mungkin memang tidak ada. Tapi dalam cerita saya ini, sekolah mujahid itu seperti sekolah militer. Siswa laki-lakinya dilatih berperang, sedangkan siswa perempuannya juga dilatih untuk membela diri, namun lebih difokuskan pada juru rawat/dapur. Dan semua mujahid di sekolah ini tidak perlu membayar, alias sekolah cara free. Ya, tentu saja yang mau sekolah di sekolah itu hanya anak-anak yang sudah benar-benar menyerahkan hati dan hidupnya pada Islam. Tujuan mereka hanya untuk agama dan kesyahidan.
Nah, akhirnya sang gadis tetap bersekolah di sekolah mujahid. Di sana ia juga menemukan cinta. Yah, cinta kan fitrahnya manusia, jadi sekalipun mujahid, tidak ada larangan buat jatuh cinta.
Di lain tempat, ada juga seorang pemuda Nasrani yang tinggal di kota di mana sekolah mujahid berdiri. Pemuda itu sebenarnya merasa salut terhadap siswa/i di sana. Akhirnya karena rasa penasarannya, setiap hari ia selalu memperhatikan apa yang dilakukan para mujahid itu. Sampai pada suatu hari si pemuda Nasrani berkenalan dan berteman dengan si gadis. Semula si gadis merasa takut dengannya, dan tidak mau berkomunikasi dengan pemuda itu. Tapi karena melihat keseriusan sang pemuda, ia pun mengajarkan sedikit demi sedikit Islam kepadanya. Si gadis juga berharap agara pemuda itu mendapat hidayah Islam.
Well, akhirnya sang pemuda jatuh cinta pada si gadis dan masuk Islam. Lebih jauh lagi ia juga bersekolah di sekolah mujahid dan menginginkan kesyahidan. Tapi dari awal si gadis mencintai pemuda lain, dan ternyata pemuda yang dicintainya itu,sebut saja si Muslim juga mencintainya, kalau di twitter, kaya di follback gitu J. Namun mereka tidak berpacaran, walaupun mereka tahu kalau mereka saling mencintai, lagi pula pacaran itu kan dosa. Nah, pemuda Nasrani yang sudah menjadi Islam tadi, sebut saja si Muallaf pun  tidak mengungkapkan isi hatinya pada si gadis.
Sampai suatu hari mereka semua siap diberangkatkan untuk benar-benar berperang di Palestina. Ups… bagaimana dengan orang tua si gadis tadi? Si gadis sempat kembali ke kota asalnya untuk meminta restu dari orang tua. Semula orang tuanya tetap tidak mengizinkan, namun mereka sadar akan kerasnya hati si gadis. Sekeras apapun orang tuanya, si gadis lebih keras. Orang tuanya sangat menyayanginya. Mereka tahu kelau kemungkinan putri mereka untuk kembali sangat kecil. Akhirnya mereka merestuinya.
Nah, setibanya di Palestina, para siswa mujahid melihat keadaan yang menyedihkan. Menguras hati dan air mata. Hidup di Palestina, tiada hari tanpa air mata demi melihat penderitaan mereka. Si gadis dan teman-temannya berkenalan dengan seorang anak Palestina bernama Sulaeman. Sulaeman masih berusia sepuluh tahun namun kedua orang tuanya sudah syahid. Dan kini ia juga selalu ikut membantu para mujahid yang berperang. Sulaeman kecil melakukan apa yang bisa dia lakukan. Sehari-harinya ia membantu para wanita di dapur darurat, dan para juru rawat.
Pada akhirnya sebuah serangan bom bertubi-tubi Israel menyerang posko mereka secara tiba-tiba. Saat itu si gadis bersama teman-teman wanita sedang asyik mengobati para mujahid yang terluka. Beberapa orang yang diobati antara lain si Muallaf dan Muslim. Karena serangannya begitu mendadak, tak ada yang sempat melarikan diri, walaupun mereka sudah berusaha dan semua yang ada di posko itu syahid.
Memang tidak semua mujahid dari sekolah mujahid bertugas di posko tersebut. Akhirnya mujahid lain dari sekolah mujahid tersebut, yang merupakan sahabat si gadis menemukan sisa-sisa pengeboman, di antaranya sebuah buku yang merupakan catatan pribadi milik si Muallaf. Di sana dituliskan tentang dirinya yang begitu penasaran terhadap Islam, bertemu dengan si gadis, dan memeluk Islam, sampai hari terakhir sebelum kesyahidannya. Oleh teman tadi, catatan Muallaf di salinnya dengan rapi dan ia kirimkan ke perusahaan penerbitan sebagai sebuah novel nyata. Perusahaan itu menerimanya dan menerbitkannya. Akhirnya kisah si Muallaf menarik hati pembacanya, dan bukunya di terjemahkan ke dalam berbagai bahasa di dunia. Sepuluh tahun setelah kesyahidan mereka, buku itu menjadi benar-benar populer.
Nah begitu lah kisah yang pernah saya buat. Memang sih rasanya banyak yang kurang. Hm… masih banyak lagi kisah-kisah lain yang terputus di tengah jalan. Mengenai kisah di atas, waktu itu saya baru menuliskannya sampai pada bagian para mujahid sudah berada di Palestina dan menyaksikan banyak keadaan memiriskan. Rencananya waktu itu, kalau ceritanya selesai, akan begitulah akhirnya.
Sekarang saya sedang berusaha membuat cerita baru. Kali ini saya berharap tidak angek-angek ciik ayam lagi. Mengenai ringkasan ceritanya, akan saya coba postingkan besok, lusa, atau… pokoknya dalam minggu ini, Insya Allah. Tema yang saya angkat kali ini tentang cinta J.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar