Kamis, 28 Juni 2012

What Makes Me So Upset


Beberapa waktu lalu diadakan Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) tingkat Kabupaten Bengkalis di kecamatan tempat tinggalku. Ya, tahun ini kecamatan kamilah, Kecamatan Mandau, yang menjadi tuan rumah MTQ XXXVII ini.

Pada dua tahun sebelumnya, yakni 2010 dan 2011, ketika Kecamatan Rupat dan Kecamatn Bengkalis menjadi tuan rumahnya, aku mengikuti kompetisi ini untuk cabang Syarhil Qur’an, sebagai tilawah (2010) dan pensyarah (2011).
Terpilihnya kecamatan Mandau menjadi tuan rumah kali ini sedikit banyak membuat aku sedih. Kenapa? Karena ketika kecamatan-kecamatan lain menjadi tuan rumah pelaksanaan MTQ Kabupaten Bengkalis, aku mengikutinya. Tapi ketika kecamatanku sendiri, yang biasa aku wakili, menjadi tuan rumahnya, aku tak bisa lagi mengikutinya. Satu-satunya alasan yang menghalangiku adalah karena ketika pelaksanaan MTQ tingkat Kecamatan Mandau kemarin aku tidak bisa ikut. Kenapa tidak bisa ikut? Karena panitia MTQ Kecamatan Mandau 2012 mengadakan MTQ itu tepat di saat aku, dan seluruh siswa kelas dua belas se-Indonesia sedang melaksanakan Ujian Nasional.
Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) Kecamatan Mandau memang tidak memilih peserta yang duduk di kelas dua belas (3 SMA) untuk menjadi duta mereka pada MTQ tingkat kabupaten. Ya, tentu saja alasannya karena mereka yang sudah kelas dua belas itu akan disibukkan untuk melanjutkan pendidikan mereka ke jenjang universitas, sehingga LPTQ melarang mereka, lebih tepatnya kami, mengikuti MTQ yang akan menjadi penghalang mereka. Tapi pada kenyatannya, terutama untukku pribadi tidak juga.
Sejak 15 Juni kemarin sampai sekarang aku masih saja bengong di rumah, padahal pelaksanaan MTQ-nya  pada tanggal 19 s.d 24 Juni 2012 kemarin. Menurutku tidak mengganggu sama sekali.
Adalagi yang lebih buruk. Sejak empat bulan yang lalu, aku sudah dicater untuk mengikuti MTQ tingkat Kabupaten Rokan Hulu, pada cabang Syarhil Qur’an sebagai tilawah. Betapa bahagianya aku. Rasanya tak masalah buatku untuk tidak mengikuti MTQ di Kabupaten domisiliku (Bengkalis), asalkan aku mengikuti MTQ di tanah kelahiranku (Rokan Hulu).
Aku beserta tim syarhilku pada tahun 2011 kemarin juga mengikuti MTQ Kabupaten Rokan Hulu ini dalam cabang yang sama, masih tetap dengan tim yang sama, dan alhamdulillah meraih juara dua.
Nah, kali ini, sejak empat bulan lalu kami memang belum pernah latihan, padahal teks yang akan kami bawakan berbeda dengan teks sebelumnya. Kenapa belum latihan? Karena aku, dan temanku, Ayu, sebagai penerjemah sedang disibukkan dengan Ujian Nasional. Sedangkan teman pensyarahku, Sukri, masih kelas sebelas (2 SMA), dan bersabar.
Meskipun demikian kami tetap berlatih secara otodidak di rumah masing-masing, bahkan kami sudah siap untuk tampil, meskipun belum latihan. Kami juga telah menyerahkan persyaratan yang berhubungan dengan surat-menyurat, pakaian kafilah untuk kami mungkin juga sudah disiapkan.
Akan tetapi, pagi itu, Sabtu, 23 Juni 2012, sekitar pukul sembilan pagi, aku dan Ayu mendapat kabar yang benar-benar buruk dari official kecamatan yang akan kami wakili pada MTQ Rokan Hulu ini, yakni usiaku dan Ayu sudah lewat untuk cabang Syarhil Qur’an. Uh… betapa hancur hatiku, padahal kami harusnya berangkat pada tanggal 25. Ini membuat Sukri patah arang juga. Sedangkan aku masih berharap agar bisa diikutkan dalam cabang Tilawah Remaja, di mana usiaku masih sangat mencukupi untuk cabang itu, dan official kami pernah bilang padaku, “Kenapa tidak coba ikut Tilawah Remaja saja?”.
Tetapi bukan rezekiku, aku tak menerima rekomendasi apapun untuk MTQ itu lagi, sampai mereka berangkat, bertanding, sampai hari inipun MTQ itu masih berlangsung. Beruntung sekali Sukri. Nisa, teman syarhilku di MTQ tingkat Kabupaten Bengkalis 2011 lalu sebagai tilawah, bisa menggantikan aku pada MTQ Rokan Hulu ini setelah dia mengikuti MTQ Bengkalis beberapa hari lalu, juga adik kelasku, Alifa, sebagai penerjemah menggantikan Ayu. Semuanya telah lepas begitu saja. Jujur, aku kecewa, terpukul, sampai saat ini, dan entah akan sampai kapan.
Kalau kamu bertanya, apa yang kuharapkan dalam MTQ-MTQ itu? Selain berlomba di jalan kebaikan, aku ingin mencintai Al-Qur’an dengan cara ini. Setiap MTQ aku menemukan mutiara-mutiara yang tak dapat kutemukan dari kegiatan lain, yaitu pengalaman, pertemanan, indanya saat-saat bersama, saat berlatih, belajar agama. Kalau kamu pikir aku hanya harapkan uangnya, piagamnya, makanya aku terlalu kecewa tidak mengikutinya? Tidak!  Silakan ambil uang itu untukmu, sisakan sedikit saja buatku, asalkan orang tuaku tak marah padaku.
Harapanku, semoga MTQ Rokan Hulu tahun 2011 lalu bukanlah MTQ terakhir yang kuikuti seumur hidupku. Aku sedang menunggu rekomendasi, mungkin ada peluang untukku di Kabupaten Kampar, atau Kabupaten Rokan Hilir yang biasanya juga kuikuti. Amin, dengarkan hamba Ya Allah…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar