Beberapa waktu lalu
diadakan Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) tingkat Kabupaten Bengkalis di
kecamatan tempat tinggalku. Ya, tahun ini kecamatan kamilah, Kecamatan Mandau,
yang menjadi tuan rumah MTQ XXXVII ini.
Pada dua tahun sebelumnya,
yakni 2010 dan 2011, ketika Kecamatan Rupat dan Kecamatn Bengkalis menjadi tuan
rumahnya, aku mengikuti kompetisi ini untuk cabang Syarhil Qur’an, sebagai
tilawah (2010) dan pensyarah (2011).
Terpilihnya kecamatan Mandau
menjadi tuan rumah kali ini sedikit banyak membuat aku sedih. Kenapa? Karena
ketika kecamatan-kecamatan lain menjadi tuan rumah pelaksanaan MTQ Kabupaten
Bengkalis, aku mengikutinya. Tapi ketika kecamatanku sendiri, yang biasa aku
wakili, menjadi tuan rumahnya, aku tak bisa lagi mengikutinya. Satu-satunya
alasan yang menghalangiku adalah karena ketika pelaksanaan MTQ tingkat
Kecamatan Mandau kemarin aku tidak bisa ikut. Kenapa tidak bisa ikut? Karena panitia
MTQ Kecamatan Mandau 2012 mengadakan MTQ itu tepat di saat aku, dan seluruh
siswa kelas dua belas se-Indonesia sedang melaksanakan Ujian Nasional.
Lembaga Pengembangan
Tilawatil Qur’an (LPTQ) Kecamatan Mandau memang tidak memilih peserta yang
duduk di kelas dua belas (3 SMA) untuk menjadi duta mereka pada MTQ tingkat
kabupaten. Ya, tentu saja alasannya karena mereka yang sudah kelas dua belas
itu akan disibukkan untuk melanjutkan pendidikan mereka ke jenjang universitas,
sehingga LPTQ melarang mereka, lebih tepatnya kami, mengikuti MTQ yang akan
menjadi penghalang mereka. Tapi pada kenyatannya, terutama untukku pribadi
tidak juga.
Sejak 15 Juni kemarin
sampai sekarang aku masih saja bengong di rumah, padahal pelaksanaan
MTQ-nya pada tanggal 19 s.d 24 Juni 2012
kemarin. Menurutku tidak mengganggu sama sekali.
Adalagi yang lebih buruk. Sejak
empat bulan yang lalu, aku sudah dicater untuk mengikuti MTQ tingkat Kabupaten
Rokan Hulu, pada cabang Syarhil Qur’an sebagai tilawah. Betapa bahagianya aku.
Rasanya tak masalah buatku untuk tidak mengikuti MTQ di Kabupaten domisiliku
(Bengkalis), asalkan aku mengikuti MTQ di tanah kelahiranku (Rokan Hulu).
Aku beserta tim syarhilku
pada tahun 2011 kemarin juga mengikuti MTQ Kabupaten Rokan Hulu ini dalam
cabang yang sama, masih tetap dengan tim yang sama, dan alhamdulillah meraih
juara dua.
Nah, kali ini, sejak empat
bulan lalu kami memang belum pernah latihan, padahal teks yang akan kami
bawakan berbeda dengan teks sebelumnya. Kenapa belum latihan? Karena aku, dan
temanku, Ayu, sebagai penerjemah sedang disibukkan dengan Ujian Nasional.
Sedangkan teman pensyarahku, Sukri, masih kelas sebelas (2 SMA), dan bersabar.
Meskipun demikian kami
tetap berlatih secara otodidak di rumah masing-masing, bahkan kami sudah siap
untuk tampil, meskipun belum latihan. Kami juga telah menyerahkan persyaratan
yang berhubungan dengan surat-menyurat, pakaian kafilah untuk kami mungkin juga
sudah disiapkan.
Akan tetapi, pagi itu, Sabtu,
23 Juni 2012, sekitar pukul sembilan pagi, aku dan Ayu mendapat kabar yang
benar-benar buruk dari official kecamatan yang akan kami wakili pada MTQ Rokan
Hulu ini, yakni usiaku dan Ayu sudah lewat untuk cabang Syarhil Qur’an. Uh…
betapa hancur hatiku, padahal kami harusnya berangkat pada tanggal 25. Ini
membuat Sukri patah arang juga. Sedangkan aku masih berharap agar bisa
diikutkan dalam cabang Tilawah Remaja, di mana usiaku masih sangat mencukupi
untuk cabang itu, dan official kami pernah bilang padaku, “Kenapa tidak coba
ikut Tilawah Remaja saja?”.
Tetapi bukan rezekiku, aku
tak menerima rekomendasi apapun untuk MTQ itu lagi, sampai mereka berangkat,
bertanding, sampai hari inipun MTQ itu masih berlangsung. Beruntung sekali
Sukri. Nisa, teman syarhilku di MTQ tingkat Kabupaten Bengkalis 2011 lalu
sebagai tilawah, bisa menggantikan aku pada MTQ Rokan Hulu ini setelah dia
mengikuti MTQ Bengkalis beberapa hari lalu, juga adik kelasku, Alifa, sebagai
penerjemah menggantikan Ayu. Semuanya telah lepas begitu saja. Jujur, aku
kecewa, terpukul, sampai saat ini, dan entah akan sampai kapan.
Kalau kamu bertanya, apa
yang kuharapkan dalam MTQ-MTQ itu? Selain berlomba di jalan kebaikan, aku ingin
mencintai Al-Qur’an dengan cara ini. Setiap MTQ aku menemukan mutiara-mutiara
yang tak dapat kutemukan dari kegiatan lain, yaitu pengalaman, pertemanan, indanya
saat-saat bersama, saat berlatih, belajar agama. Kalau kamu pikir aku hanya
harapkan uangnya, piagamnya, makanya aku terlalu kecewa tidak mengikutinya?
Tidak! Silakan ambil uang itu untukmu,
sisakan sedikit saja buatku, asalkan orang tuaku tak marah padaku.
Harapanku, semoga MTQ
Rokan Hulu tahun 2011 lalu bukanlah MTQ terakhir yang kuikuti seumur hidupku. Aku
sedang menunggu rekomendasi, mungkin ada peluang untukku di Kabupaten Kampar,
atau Kabupaten Rokan Hilir yang biasanya juga kuikuti. Amin, dengarkan hamba Ya
Allah…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar