Seketika itu sang wali tersebut terbangun, dan langsung beristigfar dan mohon ampun kepada Allah. Dan kemudian ia mengerjakan solat yang lebih khusu' dan beramal kebaikan yang berlipat hingga mengundurkan untuk mengakhiri ibadah hajinya tersebut. Sampai pada suatu titik akhir ibadah hajinya, ia tertidur kembali di masjid tersebut, dan kali ini pun ia bermimpi yang hampir sama seperti mimpinya yang pertama, yaitu dalam mimpinya, kedua malaikat berdiskusi tentang jumlah manusia yang beribadah haji, dan jawabannya pun sama dengan mimpi yang pertama yakni 185.000. Kemudian dilanjutkan dengan berapa jumlah haji yang mabrur, dan jawabannya pun juga sama, tapi ketika itu ada interupsi. “Coba cek kembali apakah ada yang menjadi haji mabrur?”. Setelah dicek dan ricek ternyata ada satu orang yang mendapatkan haji mabrur, “Siapa dia?”, tanya malaikat tersebut, dia adalah Ali tukang sol sepatu asal Basrah.
Setelah mendengar jawaban malaikat itu, sang wali terbangun kembali. Kemudian sang wali tersebut tidak pulang ke daerah asalnya Baghdad, tapi beliau menuju Basrah untuk mencari Ali sang tukang sol sepatu. Setelah mencari nama ali di kota tersebut, karena nama ali terlalu banyak untuk dicari dan tukang sol sepatu juga banyak, akhirnya bertemu juga dengan ali sang tukang sol sepatu.
"Maaf, saya mau bertanya, apa yang Anda lakukan?". Sang tukang sol sepatu itu terdiam dan tidak menjawab, "Maksud saya begini", kata wali tersebut, "Apa yang Anda lakukan sehingga ketika saya bermimpi malaikat menyebut nama Anda, dan Anda sendiri yang menjadi haji mabrur?". "Oh", jawab Ali sambil tersenyum, "Sebenarnya saya tidak berangkat ke tanah suci, cuma dulu saya pernah berniat dan mengumpulkan uang yang sedikit yang saya dapat dari hasil sol sepatu ini, untuk menunaikan ibadah haji. Namun ketika uang itu terkumpul, saya bertanya kepada istri saya, minta oleh-oleh apa setelah saya kembali kesini?, istri saya menjawab, saya tidak minta apa-apa, sudah lebih dari cukup bapak kembali dengan selamat".
Suatu malam sang istri mencium bau bakar daging,
dan meminta kepada suaminya untuk meminta secuil saja kepada tetangganya,
dikarenakan sang istri sedang hamil. Tapi sang istri menekankan hanya meminta
seculi saja, sebagai sarat untuk memenuhi hasrat yang memang jarang sekali
memakan daging-dagingan.
Setelah itu sang suami mengetuk pintu tetangga, dan
meminta secuil daging bakar yang ada di rumahnya tersebut. Akan tetapi sang
tetangga bersikukuh tidak mau membaeri secuil pun daging tersebut. "Apa
yang menyebabkan anda tidak mau memberi kepada kami daging secuil saja?",
tanya Ali, "Mohon maaf, karena kami orang miskin, dan memiliki tiga anak
yatim. Kami pun jarang sekali memakan daging maupun sop daging. Kalau anda
tahu, ini yang saya bakar adalah daging anjing". Ali kaget dengan jawaban
tetangganya. "Ketika saya pulang ke rumah, saya melihat ada anjing yang
tergeletak di jalan, dan saya kira anjing ini belum lama mati. Maka saya balik
anjing tersebut dan saya sisit bagian daging yang masih bagus, kemudian saya
bawa dan saya bakar daging tersebut".
"Tapi jangan berprasangka dulu", kata
tetangganya, "Ini daging saya bakar hanya untuk menghibur dan menidurkan
mereka, bukan untuk dimakan". Ali yang berniat untuk haji, langsung
beristigfar dan berkata di dalam hatinya, "Ya Allah aku hanya ingin
menjawab panggilan-Mu, panggilan Ibrahim dan Muhammad Nabi dan Rosul-Mu, tapi
aku tidak peka dengan panggilan tetanggaku sendiri, yang kelaparan dan
miskin". Seketika itu ia belanjakan uangnya untuk membeli daging dan ia
kasih kepada tetangganya tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar