Aisyah gadis yang cantik, sekalipun usianya baru tujuh tahun, dia sangat cerdas
namun disisi lain selalu cemburu dengan kakaknya. Mulai dari makanan, pakaian,
bahkan kasih sayang. Bagi Aisyah, ibu adalah sosok yang tidak adil, selalu
membedakan dirinya dengan kakaknya. Aisyah merasa kakaknya lebih disayangi oleh
sang ibu. Ketidaksukaannya semakin lama semakin memuncak, kemudian dia wujudkan
pada sikap dan perilaku ketidaksukaannya kepada kakak dan ibunya. Pada suatu malam
sang ibu bertanya, “Apakah Aisyah mencintai ibu?”, “Tentu, Aisyah sangat sayang ama ibu”, jawab Aisyah. Sang Ibu bertanya lagi, “sayang mana pada ibu atau kalung itu?”, “Tentu saja Aisyah lebih sayang ibu daripada
kalung ini”. Jawab Aisyah sambil memegangi kalung yang
dipakainya.
Mendengar jawaban Aisyah, sang ibu meminta kalung yang dipakainya. Aisyah terkejut bukan main atas permintaan ibunya karena Aisyah sangat menyukai kalung yang ada dilehernya.
Mendengar jawaban Aisyah, sang ibu meminta kalung yang dipakainya. Aisyah terkejut bukan main atas permintaan ibunya karena Aisyah sangat menyukai kalung yang ada dilehernya.
“Ibu, ambillah
yang ibu suka asal jangan kalung ini karena tanpa kalung ini aku tidak terlihat
cantik”. Ucap Aisyah dengan mata berkaca-kaca. ”Ibu, boleh ambil sepatuku asal jangan kalung ini, Aku mohon bu..” Lanjut Aisyah. Sang Ibu tidak mengucapkan apapun, Ibu tersenyum dan mencium
kening Aisyah kemudian keluar meninggalkan kamar Aisyah.
Selama satu minggu, sang ibu selalu bertanya pada Aisyah lebih sayang mana ibu
atau kalung itu? Aisyah selalu menjawab, “Aku lebih sayang ibu”. Aisyah mencoba
merayu ibunya agar mau menerima pemberiannya yang lain. Bahkan Aisyah rela
untuk tidak diberi uang jajan asal ibunya tidak meminta
kalung miliknya. Sampai satu hari Ibunya selesai mencuci piring, duduk diruang, Aisyah datang menghampiri dan menyerahkan kalung kesayangannya. Aisyah
mengatakan pada ibunya, “Ibu tahu kalung
ini sangat aku sayangi tetapi aku lebih menyayangi ibu”. Kalung itu dipegang oleh ibunya dan menanyakan
apakah memang telah benar-benar memberikan
kalung itu, Aisyah menjawabnya dengan mengangguk. Tak lama kemudian sang ibu mengeluarkan
kotak kecil dari sakunya dan menyerahkan kotak kecil itu kepada Aisyah.
'Bukalah kotak itu.' kata sang ibu. Ketika kotak itu dibuka ternyata sebuah
kalung emas sama persis kalung imitasi miliknya yang telah diberikan kepada
ibunya. Aisyah melonjak kegirangan. Dipeluk ibunya, diciumi pipi sang ibu, air
mata yang bening mengalir dipipi Aisyah. Kebahagiaan yang luar biasa dirasakan
hatinya bahwa sang ibu sangat mencintai dirinya.
Dipeluknya Aisyah, sang ibu bertutur dengan kasih sayang pada buah hatinya.
'Aisyah, jika kamu ingin dicintai, pertama kali yang harus dilakukan adalah
kamu harus mencintai mereka. Jika kamu ingin hidupmu bahagia maka tanggalkanlah
pikiran-pikiran buruk yang melahirkan penderitaan dalam hidupmu.' Sambil
menatap mata Aisyah, sang ibu menghapus air mata yang mengalir dipipi Aisyah.
'Aisyah, Ingatlah bahwa hidup ini harus disyukuri sebagai karunia Allah dengan
selalu berpikir positif dan berprasangka baik kepada siapapun, sebab bila kita
bersyukur maka Allah akan melimpahkan nikmat yang jauh lebih banyak.' Di dalam
pelukan sang ibu, Aisyah menangis tersedu-sedu, 'Maafkan Aisyah, ibu. Aisyah
selalu berprasangka buruk pada ibu dan kakak. Aisyah cemburu dengan kakak. Aku
berjanji, akan mengubah sikap. Aisyah bersyukur punya ayah, ibu dan kakak yang
mencintai Aisyah.' Aisyah memejamkan mata, wajahnya yang cantik jelita
memancarkan cahaya hatinya yang tulus dipenuhi kebahagiaan. Malam itu Aisyah
mendapatkan pelajaran yang berharga, sebuah kasih sayang yang tulus dari sang
ibu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar