
Demikian Sarah melanjutkan, "Cuma kalo disini, Malaysia, enaknya jalan tol besar-besar dan pendidikan lebih disiplin, serta suasana belajar anak-anaknya lebih baik daripada di jakarta, imbuh Ihsan.” Ya kan Sar... Sambil menghirup teh susu hangatnya, Ihsan menambahkan, ”hmmm... menurut kamu artis-artisnya bagusan Indonesia atau Malaysia?” Masa, si Rosyid, kawanku orang Malaysia, bilang begini ”Ihsan, awak cakap jujur yee... lawa (cantik-red) mana, artis Indonesia atau artis Malaysia?” demikian Ihsan menirukan gaya Rosyid yang melayunya medok tenan.
“Glugg,”
terselak Sarah menyaksikan lagak dan gaya Ihsan yang menirukan Rosyid, kawannya
yang memang bangga betul menjadi orang Malaysia, yang kerap kali bertanya dan
membanding-bandingkan kondisi di Malaysia dan Indonesia.
“Aduuh,
Bang Ihsan ni... kalau aku lagi makan jangan ngomong yang aneh-aneh dong,
keselak ni, minta minumnya dong...” omel Sarah sambil meraih teh susu Ihsan
yang tinggal separuh.
“Jawab
Sar pertanyaanku tadi, cantik mana artis Malaysia atau Indonesia?,” desak Ihsan
tak sabar.
“Tunggu,
aku minum dulu", setelah menyelesaikan hampir 3 teguk teh susu, Sarah menjawab,
“Yaa, cantik Indonesia-lah, karena artis Indonesia kan kebanyakan berwajah indo,
lalu campuran antara wajah cina dengan melayu, juga campuran dari berbagai
provinsi. Jadi kalau di Malaysia kebanyakan orang Melayu, wajahnya itu wajah
melayu banget, Cuma bajunya itu lho, kalau artis Indonesia terlalu terbuka, dan
gayanya suka kurang sopan, kalau artis Malaysia lebih sopan. Pakai bajunya
lebih tertutup, disini juga (Malaysia) perempuan yang berpakaian terbuka
kebanyakan non-muslim. Kalau muslimahnya sebagian besar menggunakan baju yang
sopan serta memperhatikan hijab, selain itu mereka pake baju kurung kalo pergi
kemana-mana, jadi agak sopan dan tertutup. Kalau soal itu sih, lebih bagus
artis Malaysialah...!!", papar Sarah seperti ustadzah.
Ihsan
mengangguk-angguk meng-iyakan, ”betul juga kamu Sar, kalau begitu aku juga sama
sih pikirannya soal wajah, memang cantikkan wanita indonesia, tapi kalau soal
baju, di Indonesia lebih berani ya, dibandingkan disini”.
“Iya,
bang... aku juga bingung, dan ada satu perbedaan penting lagi nih antara wanita
Indonesia dengan wanita Malaysia, yaitu wanita Indonesia banyak yang bekerja di
Malaysia sebagai pembantu di rumah orang, namun wanita Malaysia tidak ada yang
kerja jadi pembantu di Indonesia. Iya kan, makanya ada yang namanya TKW atau
TKI (tenaga kerja wanita atau tenaga kerja Indonesia), namun tak ada TKM
(tenaga kerja Malaysia) ya kan bang???” Dengan sengau Sarah menunduk sedih,
“miris ya bang, coba gak ada TKI wanita yang dikirim ke Malaysia, pasti mereka
tidak menganggap rendah wanita bangsa Indonesia.”
“iya
yaa... wanita harusnya di rumah, ingat gak,"Dan
hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku
seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan Dirikanlah shalat, tunaikanlah
zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak
menghilangkan dosa dari kamu, Hai ahlul bait dan membersihkan kamu
sebersih-bersihnya. [QS. Al-Ahzab (33) : 33]". Boro-boro
wanita berdiam diri di rumah, eh ini malah meninggalkan rumah, bahkan meninggalkan
negaranya lagi... ya Allah, bila waktu untuk kami banyak dan banyak lagi, beri
kami waktu untuk membenahi negeri ini dan jangan matikan kami sebelum kami
mampu mengangkat derajat wanita Indonesia agar tidak ada lagi yang dikirim
keluar negeri untuk menjadi TKW di negari orang,” doa Ihsan sungguh-sungguh.
“Amiinnn....
Sarah, adiknya yang baru berusia 18 tahun, pada bulan rajab ini pun,
mengaminkan dengan serius pula, semoga malaikat yang mendengar doa mereka
mengaminkan dengan sungguh-sungguh dan serius juga, agar dikabulkan oleh Allah
Yang Maha kuasa.
Bangkitlah
negeriku... harapan itu masih ada...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar