Ketika saya ke ibu kota kabupaten daerah bersama dua orang teman karena ada urusan
sekolah, saya dan seorang teman, Gusti menginap di rumah saudaranya. Sedangkan
teman yang seorang lagi menginap di salah satu hotel bersama kedua orang
tuanya.
Kami
dipersilakan oleh pemilik rumah untuk tidur di salah satu kamar yang merupakan
kamar anak gadis mereka yang saat itu tengah mengikuti perkuliahan di luar kota
tersebut.
Di kamar
itu terpajang tiga lembar poster bergambar selebriti pria. Lalu saya melihat
tumpukan majalah remaja di atas meja. “Pasti posternya hadiah dari
majalah-majalah ini”, pikirku.
Malamnya saya dan Gusti membahas masalah poster tersebut. Ada poster Miler, The Jonas Brothers, dan Justin Timberlake. “Pasti kakak itu nge-fans sama mereka”, kata Gusti sambil terus melihat gambar-gambar itu. “Mungkin, atau mungkin juga itu cuma hadiah dari majalah-majalah kakak itu”, kataku sambil menunjuk tumpukan majalah remaja di atas meja. “Iya, dari pada terbuang, tempel aja”, sambung Gusti.
Malamnya saya dan Gusti membahas masalah poster tersebut. Ada poster Miler, The Jonas Brothers, dan Justin Timberlake. “Pasti kakak itu nge-fans sama mereka”, kata Gusti sambil terus melihat gambar-gambar itu. “Mungkin, atau mungkin juga itu cuma hadiah dari majalah-majalah kakak itu”, kataku sambil menunjuk tumpukan majalah remaja di atas meja. “Iya, dari pada terbuang, tempel aja”, sambung Gusti.
Lalu
Gusti menanyaiku, “Menurut Tika, Justin Bieber itu ganteng gak.??”, tanyanya. Karena bukan fans
berat JB, saya menjawabnya, “Enggak,
biasa-biasa aja. Malahan lebih
ganteng pemain Narnia, apalagi Skandar Keynes”, tuturku yang saat itu sangat
mengidolakan Skandar Keynes. Saya ceritakan tentang ia yang yang katanya murtad (keluar dari Islam) dan menjadi
atheis, tapi sekarang dia kuliah di London dengan program studi Bahasa Arab dan
Sejarah Islam, juga ibunya yang seorang Islam, “Karena itu Tika suka. Mungkin aja nanti dia dapat hidayah Islam”,
terangku lagi pada Gusti yang tampaknya juga tertarik dengan kisah hidupnya.
Tapi setelah saya kembali ke kota tempat tinggal, saya teringat pada sebuah artikel Islam
yang pernah saya baca, bahwa setiap orang kelak akan mengikuti idolanya di
akhirat. Jika idolanya ke neraka, maka ia akan ikut ke neraka, dan jika
idolanya itu ke surga, maka ia kelak akan ikut pula ke surga.
“Ah…
Idolaku itu belum tentu mendapat hidayah Islam. Bagaimana jika ia tetap dalam
ke-atheisannya sampai meninggal? Huah…”, bingungku.
Suatu
sore, saya mengikuti kegiatan halaqah remaji Masjid dekat rumahku. Murabbi kami
mengatakan hal yang sama tentang yang saya pikirkan, bahwa setiap orang akan
mengikuti idolanya kelak di akhirat.
Lalu saya bertanya bagaimana caranya agar bisa mengidolakan Nabi Muhammad SAW
sebagai teladan yang sepatutnya saya jadikan satu-satunya idola. Lalu beliau
menjawab dengan mengikuti semua sunnah Beliau, bagaimana cara makan, minum, tidur,
berjalan, bergaul, dan semua hal yang ada pada diri Beliau. “Insya Allah dengan
cara itu kita akan mencintai Rasulullah SAW”, tutur sang Murabbi.
Selain itu
salawat yang selama ini saya kira hanya sebatas ucapan di mulut dan keikhlasan
daalam mengucapkannya, ternyata salah dan belum cukup. Orang-orang yang
bersalawat kepada Rasul akan mendapat syafa’atnya kelak dengan izin Allah. Tapi
ternyata salawat tersebut adalah mengidolakan alias mengikuti sunnah Beliau,
dan bukan sebatas ucapan. Jika kita sudah mengikuti sunnah Rasul, maka barulah
Rasul akan mengakui kita sebagai ummatnya, dan kalau sudah diakui, maka Beliau
akan memberi syafa’at kepada orang-orang yang istiqomah menjalankannya.
Kalau
kita sudah mengidolakan Nabi Muhammad SAW, maka adalah kebahagiaan besar bagi
kita, karena rasa nge-fans kita pada
Beliau akan menuntun kita ke surga. Berbeda dengan nge-fans-nya kita kepada Justin Bieber, Skandar Keynes, Kim Bum,
Lee Min Hoo, Smash, dan lain-lain. Jadi teman-temanku, akhwat wa ikhwan fillah,
marilah kita berpikir dua kali untuk menjadikan seseorang idola. Lihatlah agama
dan akhlaknya. Kenalilah dia dengan baik sebelum menjadi fans-nya, agar kita benar-benar mengidolakan seorang yang benar,
yang akan kita ikuti ke surga kelak. Jangan mengidolakan dahulu karena hanya
melihat wajah dan talenta dunianya, baru kita mengenalnya. Mari kita nge-fans pada Rasulullah SAW saja. (Saya juga berusaha begitu, dan semoga bisa menjadikan beliau figur sentral dalam
hidupku)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar